Nyani, Nanya, Nyonya

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 2 Desember 2005.]

Dalam kolom bahasa ini penulis pernah menyesalkan dan mempertanyakan suatu kebiasaan bahasa yang semakin memusingkan di Indonesia. Kebiasaan itu ialah penggunaan kata serapan (terutama dari bahasa Inggris) yang belum disesuaikan bentuk tata bahasanya. Hasil dari kebiasaan itu, antara lain, ialah bahwa kata dalam bentuk masa lampau dipakai dalam kalimat yang menggambarkan masa depan, atau bahwa kata dalam bentuk masa ini dipakai untuk melukiskan kejadian minggu lalu.

Nah, sekarang saya melihat minat orang Indonesia untuk memperbaiki keadaan ini sangat besar dan perhatian khusus diarahkan kepada akhiran Inggris agar bentuk suatu kata jadi benar secara tata bahasa. Secara khusus perhatian para pengguna bahasa Indonesia diarahkan kepada bentuk jamak agar jumlahnya tak perlu diperdebatkan lagi. Dengan demikian akhiran s ditambah sebagai akhiran pada kata-kata benda untuk menggambarkan bentuk jamak. Hanya saja, s-jamak ini tidak dipasang pada kata serapan dari bahasa Inggris, melainkan pada kata yang asli Indonesia! Maka lahirlah kata aneh seperti temans yang merupakan bentuk jamak dari teman dalam bahasa Indonesia baru. Bukan teman-teman atau para teman, tetapi temans. Ini sungguh lain daripada yang lain.

Dapat diperkirakan bahwa kata baru seperti ini berbau keren dan modern dalam telinga penuturnya. Sebetulnya bentuk jamak Inggris yang ditempelkan pada kosa kata Indonesia pernah terlihat sebelumnya, terutama dalam tulisan para Indonesianis yang menyuguhkan penelitiannya dalam bahasa Inggris.

Ketika para cendekiawan ini membumbui tulisan Inggris mereka dengan beberapa kata dari Nusantara, bentuk jamak Inggris sering kali dipakai. Maka, jangan heran jika Anda pada suatu saat membaca bahwa ada sekian banyak masjids di Jawa sekarang, atau bahwa kiai-kiai di Indonesia masih menggunakan kitab kunings. Bagi saya, penulisan seperti itu menggangu, tapi tetap bisa dibela karena muncul di tengah-tengah tulisan berbahasa Inggris.

Kata temans tadi barangkali terutama tidak muncul dalam teks-teks para Indonesianis, tapi lebih tepatnya dalam percakapan (lisan maupun tertulis) sehari-hari orang Indonesia sendiri. Dan s-jamak ini jelas tidak berfungsi dengan baik. Meski begitu, orang ternyata suka memakainya dan pasti susah dihilangkan jika sudah membiasa. Tugas kita memang tidak untuk berusaha menghilangkannya, tapi lebih tepat berusaha memandang ke depan dan meramalkan masa depan bahasa Indonesia dari contoh ganjil ini.

Jika kita perkirakan semangat orang Indonesia untuk menerapkan tata bahasa Inggris pada kosa kata Indonesia tetap berlanjut, maka kita tidak bakal perlu menunggu lama akan ketemu keganjilan kebahasaan lagi. Bagaimana, misalnya, jika para pengguna–atau penggunas untuk mengikuti arus keren tadi– bahasa Indonesia mulai menerapkan perubahan kata kerja sesuai dengan masa menurut pola Inggris?

Kata menyanyi, misalnya, dalam bahasa Inggris berubah sebagai berikut: sing, sang, sung. Apakah ini (jika lidah-lidah kepeleset sedikit) berarti bahwa nyanyi akan mengikuti pola sebagai berikut ini: nyanyi, nanya, nonya? Ataukah bahwa kata duduk akan mengambil bentuk ini: duduk, didik, dadak? Mulai menjadi mulai, milai, malai?

Tidak saja kedengaran aneh, sebagian dari kata-kata baru ini juga sudah memiliki arti sendiri dalam bahasa Indonesia. Pola kata kerja teratur dalam bahasa Inggris juga tidak dengan baik dapat diterapkan dalam bahasa Indonesia: ”Saya duduked (duduk) di sana kemarin”. Lagipula, sama sekali tidak perlu sebab bahasa Indonesia sudah dibekali dengan sejumlah kata dan cara untuk melukiskan keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan masa ataupun jumlah.

Kesimpulannya kira-kira apa?

Pertama, sistem tata bahasa suatu bahasa tidak dapat dialihkan dengan begitu saja kepada bahasa lain. Kedua, menghindari kata serapan sering kali berarti menghindari masalah dan kekeliruan. Ketiga, bahasa Indonesia sendiri memang sudah cukup lengkap untuk segala hal kebahasaan. Keempat, kalaupun terasa kurang lengkap, yakinlah bahwa ia dapat dilengkapi dengan cara dari dalam negeri.

Penulis Baru Saja Menyelesaikan Kamus Swedia-Indonesia, Tinggal di Landskrona, Swedia

Leave a Reply