[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 3 Juni, 2011.]
Pada 7 April, 2006, saya membahas kata janji di sini. Dalam tulisan tersebut saya menarik kesimpulan bahwa pemahaman umum terhadap kata ini sangat berlawanan dengan pemahaman yang disampaikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tanpa mengulangi seluruh tulisan itu lagi, cukuplah sekiranya menyatakan bahwa janji sering disamakan dengan janji gombal yang nota bene adalah istilah lawannya. Perkembangan yang menarik, bukan?
Terlepas dari permasalahan itu, mari kita bahas kata janji lagi. Menurut KBBI, kata kerja menjanjikan berarti ‘menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat sesuatu kpd orang lain’. Contoh kalimat yang diberikan: ‘Aparat keamanan negara menjanjikan akan segera membereskan kehebohan’. Tidak salah, barangkali, jika orang bertanya-tanya apakah tidak lebih pas menggunakan bentuk berjanji dalam kalimat itu, tapi kita tidak perlu taruh perhatian pada pertanyaan tersebut dalam kesempatan ini.
Yang dapat kita tangkap dari penjelasan KBBI adalah bahwa kata menjanjikan terikat dengan kebaikan dan hal positif. Kesan ini juga diperkuat di bawah lema utama: janji. Janji, katanya, bukan ucapan yang menyatakan kesedian dan kesanggupan untuk melakukan apa saja, tapi dikaitkan dengan kebaikan seperti memberi, menolong, datang dan bertemu.
Dengan latar ini, alangkah terperanjatnya pembaca koran akhir-akhir ini yang berhadapan dengan judul berita yang memanfaatkan kata menjanjikan dalam pengertian lain. Contohnya, tak lama setelah pasukan yang bergerak di bawah pemenang Hadiah Nobel Perdamaian (Barack Obama) main hakim sendiri dan membunuh musuh utamanya (Usama bin Laden), kita menemukan judul berita “Al Qaeda Janjikan Teror”.
Sebelumnya, Moamar Khadafi telah menjanjikan perang panjang kepada pasukan Internasional yang menyerbu Libya dan mendukung gerakan demokrasi di negerinya. Dalam hal lain, dipastikan bahwa Israel janjikan kekerasan di Jalur Gaza terhadap kelompok separatis. Dari contoh ini, dapat kita pastikan bahwa kata menjanjikan zaman kini juga dipakai berhubungan dengan hal-hal negatif.
Nah, mengapa kata janjikan dipakai dalam pengertian ini? Tidak ada alternatif yang lebih afdal? Mari kita mulai dengan pertanyaan terakhir. Kita tahu bahwa janji adalah ‘ucapan yg menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (spt hendak memberi, menolong, datang, bertemu)’, sedangkan kita perlu mencari kata yang artinya ‘menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yg merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain’.
Penjelasan terakhir ini pas untuk kosakata apa, ya? Betul: mengancam. Jadinya, Al Qaeda tidak janjikan teror kepada pembunuhnya Osama, tapi lebih tepatnya mereka mengancam akan melakukan aksi teror.
Karena kata mengancam tidak bisa diikuti oleh nomina seperti perang dan teror, maka konstruksi kalimat jadi lebih panjang dan rumit ketika pilih kata ini dibandingkan kata menjanjikan. Mungkin itu alasannya kata menjanjikan* semakin sering muncul dalam pengertian yang agak keliru, yakni kemalasan dan keinginan untuk menghemat ruang (dalam tulisan).
* Dalam Kompas kata menjanjikan di sini secara salah diganti oleh mengancam. Kekeliruannya berasal dari saya sendiri yang salah tulis dari awal.
Begitulah surat kabar saat ini terutama surat kabar daring, banyak bahasa dan kosakata “aneh” digunakan dengan kurang cermat. Para pekerja pers itu dikejar-kejar batas waktu.