Memakamkan Jenazah

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 25 Mei, 2021]

Akhir-akhir ini saya menyibukkan diri dengan belajar bahasa Arab. Harus diakui, bahasa ini membuat para peminatnya pusing dan kerap putus asa. Semangat saya pun akhirnya roboh bagaikan ranting dalam badai.

Meski demikian, selalu menarik untuk menelusuri hubungan antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Ada banyak kata dan ucapan dalam bahasa Indonesia yang kita (sering kali) langsung menyadari berlatar Arab. Sebut saja kata seperti ilham, wahyu, ulama, dunia, mahir, abad, wabah, jawab, dan derajat.

Ada sejumlah kata yang sebelumnya tak pernah saya duga berasal dari bahasa Arab, misalnya walau, iklan, dan salju. Kata-kata ini tak langsung terdengar latar belakangnya, dan tak ada ikatan khusus pada agama Islam. Kata walau terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab: wa (‘dan’) serta lau. (‘jika’). Kata sabun selalu saya kira berasal dari bahasa Portugalnya sabao atau Perancisnya savon. Ternyata dua kata ini ini berasal dari bahasa Latinnya saponem. Dalam bahasa Arab juga ada kata sabun dengan asal-usul sama, jadi kemungkinan lebih besar bahasa Indonesia menyerapnya dari bahasa Arab.

Nah, yang paling menarik dan membingungkan ialah kata-kata serapan yang artinya agak menggeser dari arti aslinya. Kata-kata ini memiliki kaitan jelas pada kata asalnya, tapi beda maknanya. Ada banyak kata dan ucapan dalam bahasa Indonesia yang kita (sering kali) langsung menyadari berlatar Arab. Contoh paling tepat dalam sebuah kolom bahasa, barangkali kata logat. Kita mengenalnya sebagai ‘dialek’ atau ‘cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah khas’ (KBBI). Dengan kata lain, sebuah bahasa bisa memiliki banyak logat. Kata logat justru berasal dari lughah yang artinya ‘bahasa’. Maka, logat Swedia dan lugah swidiyah bukan hal sama.

Kata wajib juga menarik untuk ditengok. Sesuatu yang wajib menurut KBBI ialah sesuatu yang ‘harus dilakukan; tak boleh tidak dilaksanakan’. Berasal dari kata kerja wajaba dengan arti ‘harus’ atau ‘keharusan’, kata ini memiliki arti sama dengan bahasa asalnya. Hanya ada makna lebih luas. Guru bahasa Arab saya mengingatkan para muridnya agar tak malas mengerjakan wajib-nya. Wajib di sini tidak lain ‘pekerjaan rumah’ atau ‘tugas’. Dan tugas yang diberikan guru, wajib dikerjakan.

Saya juga kerap bingung di kelas saat guru bahasa Arab mencoba menjelaskan sebuah kalimah. Kita mengenalnya dalam bentuk kalimat. Namun, arti dua kata ini tidak identik walaupun asal-usul kalimat merupakan kalimah. Dalam bahasa Arab, kalimah tak berarti kalimat, melainkan kata.

Lebih membingungkan lagi, sejumlah kalimah bisa digabungkan dalam bahasa Arab untuk menciptakan satu jumlah. Nah, apakah itu jumlah dalam bahasa Arab? Justru: kalimat atau ucapan. Ini tentu bisa dipelajari kalau kuliah bahasa Arab.Kata kuliah (yang berasal dari bahasa tersebut) memiliki arti lain daripada yang kita biasa memberikan kepadanya, yakni ‘perguruan tinggi’ atau ‘fakultas’. Tambah lagi, di kelas saya bingung saat guru menganjurkan mengeluarkan daftar kami, yang berarti ‘buku catatan’.

Akhirulkalam, kata jenazah menggugupkan karena dalam bahasa Arab berarti ‘(upacara) pemakaman’. Jadi jenazah tak bisa dimakamkan di jazirah Arab sebab itu berarti upacaranya dikuburkan. Jenazah dalam bahasa Arab adalah juthah.

Leave a Reply