Dua Ribu Ayam

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 14 September, 2012.]

Seandainya saya penjual sayur dan daging di pasar, niscaya pelanggan yang ingin membeli sekilo wortel akan saya beri seribu buah sayur berwarna lembayung itu. Calon pelanggan yang ingin memeriahkan pesta Lebaran dengan dua kilo ayam akan pulang ke rumah dengan dua ribu hewan yang siap dimasak. Dan, seandainya saya berkesempatan jadi tukang becak, pastilah calon penumpang yang hanya ingin keliling kota ”sekitar tiga kilo” harus saya tolak dengan alasan: saya hanya bekerja di satu kota saja. Barang tentu karier saya di bidang sayur-mayur ataupun transportasi tidak akan berlangsung lama, tapi setidaknya saya sudah ikut membela bahasa (meski dengan cara yang terlampau kaku, menurut sebagian orang dan lembaga).

Ada apa dengan kata kilo? Kilo berasal dari bahasa Yunani, khiloi, yang artinya tidak lain selain ”ribu”. Maka, satu kilogram adalah seribu gram, sedangkan dua kilometer adalah dua ribu meter, dan lima kilowatt identik dengan lima ribu watt. Adiknya khiloi adalah hekaton yang sama-sama berakar pada bahasa Yunani, tapi nilainya hanya sepersepuluh dari khiloi, yakni seratus. Adapun, misalnya, senti berarti ’seperseratus’, dan mikro berarti ’sepersejuta’. (Tips: jika Anda sedang merencanakan toko baru, jangan disebut Toko Mikro kalau memang tidak toko liliput.)

Nah, dengan analogi ini, lima kilo apel adalah lima ribu (buah) apel. Begitu pula, 60 kilo tidak pasti jaraknya di antara Yogyakarta dan Solo (60 ribu meter), bisa juga jadi ongkos perjalanan (60 ribu rupiah) ataupun berat badan anak tetangga (60 ribu gram).

Seperti diketahui, kilo ini bisa disingkat (menjadi ”k” saja). Tidak salah apabila tahun 2000 disebut 2k (dengan k kecil, tentu) atau jika daftar makanan di warung Padang menyatakan bahwa harga sepiring nasi rendang adalah 15k rupiah. Kepulauan Seribu, jika mau menampilkan diri dengan agak lebih keren, bisa juga minta dipanggil Kepulauan 1k.

Kata hekto, yang disebut sebagai adiknya kilo di atas, tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai kata terikat dan ada juga beberapa contoh terikat ini seperti hektometerhektogram, dan hektoliter. Kata seperti hektogram bisa cukup berguna di bidang penjualan-pembelian makanan: ”Hari ini harga mangga arum manis adalah 2k rupiah per hg.” KBBI juga menawarkan kata ons sebagai padanan 100 gram. Hanya saja, ons itu macam-macam. Yang biasa digunakan di Indonesia adalah ons Belanda (100 g), tapi ada juga ons China (50 g), ons Spanyol (28,75 g), dan masih sejumlah ons lainnya. Membingungkan, bukan?

Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari pembahasan pendek di atas? Yang pertama, barangkali penulis kolom bahasa ini terlalu kaku. Pendirian ini juga didukung oleh KBBI yang (secara liberal) mengartikan kilo baik sebagai kilogram maupun kilometer. Anehnya, tidak diartikan sebagai kilowatt atau kilovolt, misalnya. (Kata-kata ini tercantum sebagai lema sendiri.) Anehnya lagi, kilo dalam arti ’ribu’ tidak ada sama sekali dalam kamus akbar ini. Di lain pihak, KBBI memuat penjelasan seperseratus untuk lema senti dengan contoh sentigram dan sentiliter. Yang kedua, kilo atau k bisa cukup berguna dalam bahasa Indonesia. Contohnya untuk menyebutkan harga (70k rupiah), yang sering dinilai mengandung kebanyakan angka nol. Seiring dengan ini, hekto atau h juga bisa cukup praktis, terutama untuk menghindari tulisan kurang manis seperti ini: ”Manggis: Rp 2.500 per 100 g.”

 

3 thoughts on “Dua Ribu Ayam

  1. Kartika

    Mas Andre,
    Saya baru saja membaca tulisan-tulisan anda. Pada awalnya tertarik karena judul yang menyebutkan “wong bule”. Selanjutnya saya benar-benar tertarik, sungguh-sungguh tertarik. Saya sudah membaca habis semua yang tulisan yang anda tulis di sini. Bangga sekaligus malu. Anda yang seorang bule dan saya yang asli Indonesia. Hebat, Mas. Ingin rasanya lebih mengenal dan berdiskusi dengan anda.

Leave a Reply